Minggu, 10 Februari 2013

MAMA

Mamalah yang pertama kali mengajariku berkata-kata, tapi mama jugalah orang pertama di dunia yang kusakiti dengan kata-kataku sendiri

Aku telah terlanjur menjadi anak durhaka yang dengan sengaja mengggagalkan semua doa ibunya sendiri

Saat mama mengantarku ke Bandung untuk mengurus semuanya, kepeindahanku, tiba-tiba terasa : Biaya kuliah, uang bulanan, uang kos, perabot-perabot baru yang harus dibeli, segalanya menjadi sekumpulan angka yang melebihi kata kurang ajar untuk dibayar. Bagaimana Mama bisa membayar semuanya ?
Dengan segala ketololanku, aku baru tahu belakangan, setelah semuanya sudah terlambat, bahwa Mama menjual hampir semua perhiasan Mama - termasuk peninggalan Papa

Mama selalu mencintaiku seolah tak ada lagi waktu di dunia selain untuk membahagiakanku, sementara aku hanya bisa mengaku-ngaku mencintaimu dan ingin membahagiakanmu. Kenyataannya, tak ! Aku tak pernah bisa membuktikan semuanya, Ma. Tak seperti cinta Mama padaku, kenyataannya aku tak pernah bersungguh-sungguh ingin membahagiakanmu.-
Setelah aku diterima bekerja, Mama senang luar biasa. Mama membelikanku sepatu, kemeja, dasi dan celana. Mama juga mengadakan pengajian dan syukuran. Khusus untuk mendoakan keselamatan dan kelancaran semua yang kukerjakan.
Tapi gaji pertamaku buat blackberry pacarku gaji kedua untuk mengajaknya makan malam gaji ketiga untuk cicilan motor. Ah mengapa tak pernah ada "MAMA" dalam buku rencana belanjaku ? Mengapa tiba-tiba Mama menjadi nama kesekian dalam daftar orang-orang yang segera ingin kubahagiakan ?

Ah Mama, seharusnya sudah cukup semua alasan untukmu mengutukku menjadi batu. Terlalu banyak pengkhianatan yang ku rahasiakan - hal-hal yang barangkali terlalu buruk untuk kuceritakan padamu - semua yang kudustakan dari rasa cinta dan rasa percayamu : Dosa-dosaku yang menggagalkan doa-doa sucimu.
Sementara usiaku ditumbuhkan kasih sayangmu, nyawaku disambung tangis dan keringatmu, hidupku diselamatkan doa-doa sucimu, tak akan pernah cukup meski kugadaikan hidupku untuk membalas cintamu
Maka kata apakah yang lebih agung dan mulia dari 'terima kasih' dan 'maaf' ? Ajarilah aku kata itu, sekali lagi, Mama : Aku ingin mengucapkannya dengan tulus dan sungguh-sungguh untukmu. Hanya untukmu.

Tidak ada komentar: