Jumat, 05 Agustus 2011

Prinsip Hidup

Mengajarkan agama dengan pengaplikasiannya pada perbuatan, bukan berarti kata-kata itu tidak efektif. Banyak cara yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contohnya adalah dengan menghindari hal-hal yang formalistik, saat berdakwah atau menyampaikan ajaran Islam berbicara ada baiknya jangan menggunakan "ana-antum" tapi menggunakan bahasa yang lebih akrab "lu-gue" atau "saya-kamu". Tidak hanya itu walaupun bahasa arab merupakan bahasa yang baik namun lebih baik lagi kita menggunakan bahasa kita sendiri yaitu bahasa indonesia agar kita sendiri tidak kehilangan jati diri kita dengan membiasakan mengucapkan "sori-makasih" bukannya malah "afwan-sukran" seperti yang sering ku dengar diucapkan aktivis Islam di kampusku.
Biasanya aktivis Islam berpikiran fundamentalis. Salah satunya memaksa seseorang untuk sholat,menunjukkkan sikap enggan dan bermusuhan dengan buku Karl Max, Nietzsche, Sartre, Horkheimer, juga Injil.
Pertanyaan kanapa suatu organisasi Islam agak sulit berkembang ya karena pikiran-pikiran mereka yang seperti inilah.....
Kalau menurutku penyeleasaian dari hal diatas adalah bersikap terbuka dan menghargai prinsip-prinsip yang dianut orang lain.
Contohnya dengan jika waktunya Sholat maka kita wajib mengingatkan teman kita namun dikala teman kita enggan melakukannya jangan terlalu dipaksa toh mereka tahu hukum meninggalkan sholat adalah dosa. Dan saya pikir mereka sudah cukup dewasa untuk menentukan apa yang baik dan tidak menurut mereka.
Dengan buku atau alkitab-alkitab yang menurut fundamentalis tersebut tidak sesuai dengan ajaran Islam. Janganlah kita langsung menghakimi buku tersebut atau bahkan owner buku tersebut. Toh jika kita berpikran positif itu bahkan akan menambah pengetahuan sehingga kita tidak seperti katak yang ada di dalam tempurung.
Karena pikiran-pikiran orang-orang fundamentalis yang sering mengeksklusifkan dirinya inilah seolah-olah mereka yang paling suci sehingga menjadi anak emasnya Tuhan inilah, terkadang orang biasa seperti saya ini agak alergi terhadap para aktivis Islam.
Saya pun agak segan jika berpapasan dengan perempuan yang berjilbab panjang atau pemuda yang bercelana jahitan di atas tumit.
Apakah Islam meman harus ditunjukkan seperti itu ?
Buat saya Islam adalah kehidupan sendiri. Alllah tidak hanya ada dalam peci, celana ngatung, atau jilbab panjang tapi juga ada dalam keringat para kuli, suara klakson mobil angkot, bus dan truk bahkan teriak serak para pengamen jalanan.
Saya kurang respek pada orang menjalankannya, bukan pada Islamnya. Toh gini-gini saya juga insya allah selalu berusaha untuk dekat pada Tuhan sehingga bisa membuatnya tersenyum.

Tidak ada komentar: